Kamis, 16 November 2017

CUACA TERKINI



Langitku tengah kelabu

Entah apa rencana di dalam skrip

Bisa saja tiba-tiba menitik titik-titik bening di atas dataran wajah tak lagi rapi ini

Dari telaga putih dengan titik hitam kecoklatan di tengah lalu binar kekuningan

Wah... disini begitu penuh

Sebagian muatan telah di alirkan pada lekuk celah pada bebatuan sungai

Terkadang di atas tumpukan baris rapi berkanvas putih 

Kini menyusuri kursor berkedip-kedip 

Menanti sepatah demi patahan kata dengan akar nurani bersemi jua si naluri

Kilatan harap akan suatu garis lengkung ke bawah 

Di wajah tak muda si Manusia Purba bahkan untuk wajah-wajah senja disana

Dua anak Panah berawal satu busur 

Tak menuju satu tempat saja 

Hanya Pinta puja saja kini...

Kala menekur di altar bahkan di sela energi dari tubuh nan bertopang pada dinding kasar ini 

Senantiasa menanti awan kelabu menjauh lalu pergi

1...

2...

3...

Entah berapa nominal itu tak ku perdulikan

Peduliku hanyalah jiwaku tak berbisik "ada hal tak beres"

Dikala Sautan bergayung lalu bersambut 

Ada keindahan selalu indah 

Dan itu pertanda mentari telah menunjukkan binar-binar keemasan

Di kedua tempat anak panah ini terbidik





Muara Tebo, 16 nov 2017
ingatlah wik dirimu pernah menulis ini di sisa tenaga yang ada


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

  POHON Wahai pohon.... betapa gagah dirimu menaungi bumi dan akarmu menjauhkan dari kekejaman matahari menyibak angin keraguan dari bias as...