23 November , tengah hari
Aku masih merasa canggung seperti hari pertama
Sungguh berbeda ..ruang yang bagiannya atasnya kosong
Bukan karena aku ingin hal itu
Mataku masih menatap seonggok tanah merah
Belum bernisan apalagi ukiran nama disana
Ku sebut itu rumah terakhir
Biarlah ia tidur panjang
Aku tak punya daya membangunkannya
Kini aku hanya mencari cara
Agar Bisa melihatnya di dunia baru
Bergerilya aku membaca sebuah buku petunjuk perjalanan untuknya
Dengan harapan dia di ruang terbaik
Sempurnalah teguran berisi kasih beruratkan sayang ....akan daku
Aku tak sanggup menumpahkan air terjun sejuk
Tanganku mengurut dada untuk mentransfer energi sabar
Di jiwa sepi
Bukan aku tak ingin melangkah..
Aku rasa di sini aku belajar
Lebih mencinta lagi sosok senjaku
Saudara yang tiga beserta saudari seorang ini
Ini harta titipan yang tersisa
Dan aku masih mengumpulkan puing semangatku
Meski harus kubayar dengan
Semburat keringkihanku
Namun aku tak perduli
Bukan aku tak ingin... terus membeku seperti ini
Tetapi,
Aku tengah mengatur langkah
Dari rasa timpang goncangan perjalanan semalam suntuk
Ibaratkan sebuah mimpi
Ia Hidup di hati kami
Namun di jalur lain menuju kekekalan
Muara tebo, 23 nov 2017
Untukmu Ino sep 1937_
Tidak ada komentar:
Posting Komentar